Sabtu, 22 Januari 2011

POST SC

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
POST SC


A. PENGERTIAN
Operasi caesarea adalah kelahiran janin cukup bulan hidup melalui insisi sayatan) pada dinding perut dan rahim bagian depan.
SC (Sectio caesarea) adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Jadi sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat

B. ETIOLOGI
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ).
a. Pada Ibu :
• disproporsi kepala panggul/CPD//FPD
• Disfungsi uterus
• Distosia jaringan lunak
• Plasenta previa
• His lemah / melemah

b. Pada Anak :
• Janin besar
• Gawat janin
• Letak lingtang
• Hydrocephalus
Kontra indikasi sectio caesaria : pada umumnya sectio caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat, sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (monster).
C. KLASIFIKASI
1. Sektio caesaria abdominalis
Tipe operasi sektio caesaria :
• Sektio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri.
• Sektio caesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim
2. Sectio caesaria transperitonialis yang terdiri dari :
• Sektio caesaria ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
• Sektio Caesaria vaginalis. Menurut sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
2. Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
3. Sayatan huruf T (T-incision)
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Kejang parsial ( fokal, lokal )
a. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
 Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
 Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
 Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.
 Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b. Kejang parsial kompleks
 Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks
 Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
 Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku

2. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a. Kejang absens
 Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
 Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
 Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
b. Kejang mioklonik
 Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.
 Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
 Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
 Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
 Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
 Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
 Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
 Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. Kejang atonik
 Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
 Singkat dan terjadi tanpa peringatan.














E. PATOFISIOLOGI

Kelemahan Umum, partus tidak maju/partus lama, penyakit Jantung,
Placenta Previa dengan perdarahan hebat atau Placenta previa marginalis
Pintu vagina lemah, tumor vagina tumor cervic
Kehamilan Serotinus (lebih dari 42 minggu)
Distocia karena kekurangan his
Prolapsus Foniculli


Sectio Caesarea
Kurang Pengetahuan



Perdarahan Nyeri Abdomen Perlukaan



Gangguan Rasa Nyaman

Devisit Vol. Cairan Gangguan Aktivitas Resiko Infeksi



F. KOMPLIKASI
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1. Infeksi puerperal ( Nifas )
- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
- Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi

G. UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
• Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
• Pemantauan EKG
• JDL dengan diferensial
• Elektrolit
• Hemoglobin/Hematokrit
• Golongan dan pencocokan silang darah
• Urinalisis
• Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
• Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
• Ultrasound sesuai pesanan
• Periksa tekanan darah
• frekuensi nadi dan pernafasan
• ukur jumlah urin yang tertampung dikantong urin
• periksa/kultur jumlah perdarahan selama operasi
• Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada lembar laporan
• Catat lama operasi
• jenis kelamin
• nilai APGAR dan kondisi bayi saat lahir
• lembar operasi ditandatangani oleh operator.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Memberantas kejang Secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan penunjang
 Semua pakaian ketat dibuka
 Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
 Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
 Penhisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.
3. Pengobatan rumat
 Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
 Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
 Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
 Kejang demam yang mempunyai ciri :
- Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi perkembangan dan mikrosefali
- Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau diikiuti kelainan saraf yang sementara atau menetap
- Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
- Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
4. Mencari dan mengobati penyebab


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus).

2. Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis.

3. Makanan/cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis.

4. Pernafasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.

5. Keamanan
• Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan.
• Adanya defisiensi imun.
• Munculnya kanker/adanya terapi kanker.
• Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi.
• Riwayat penyakit hepatic.
• Riwayat tranfusi darah.
• Tanda munculnya proses infeksi.

B. Diagnosa keperawatan
1. Devisit Volume Cairan b.d perdarahan.
2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi.
3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi.
4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi..
5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.
C. Intervensi keperawatan

Dx 1. Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan

Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi:
a. Kaji kondisi status hemodinamika. Rasionalnya Pengeluaran cairan akibat operasi yang berlebih merupakan faktor utama masalah.
b. Ukur pengeluaran harian. Rasionalnya Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang selama masa post operasi dan harian.
c. Berikan sejumlah cairan pengganti harian. Rasionalnya Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif.
d. Evaluasi status hemodinamika. Rasionalnya Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.

Dx 2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan: Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi:
a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas. Rasionalnya Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk.
b. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum. Rasionalnya Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi, tetapi dapat mempengaruhi kondisi luka post operasi dan berkurangnya energi.
c. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari. Rasionalnya Mengistiratkan klilen secara optimal.
d. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /kondisi klien. Rasionalnya Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan.
e. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas. Rasionalnya Menilai kondisi umum klien.
Dx 3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d luka post operasi
Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami.
Intervensi:
a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien. Rasionalnya Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi
b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya. Rasinalnya Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri.
c. Ajarkan teknik distraksi. Rasionalnya Pengurangan persepsi nyeri.
d. Kolaborasi pemberian analgetika. Rasionalnya Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik.
Dx 4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, luka post operasi.
Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan luka operasi.

Intervensi:
a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi. Rasionalnya Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.
b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi. Rasionalnya Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka.
c. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart. Rasionalnya Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
d. Lakukan perawatan luka. Rasionalnya Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan infeksi.
e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi. Rasionalnya Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.
Dx 5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.
Tujuan : Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar.

Intervensi :
a. Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi dan pentingnya diet nutrisi.
b. Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.
c. Jelaskan bahwa lochia dapat berlanjut selama 3 – 4 minggu, berubah dari merah ke coklat sampai putih.
d. Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latiha keras sampai diizinkan oleh dokter.
e. Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui.













DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2001. Diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC.
Doengoes, M. E,. 2000. Rencana askep pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetric. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar