Sabtu, 22 Januari 2011

Keindahan Dunia

Salah satu ciptaan Tuhan yang patut kita jaga n lestarikan.
Keajaiban Tuhan menciptakan Bunga yang begitu indah.


Merah seperti layaknya keberanian yang membara
lotus 1





Putih seperti salju yang memancarkan sinar sinar Sucinya

lotus 2

POST SC

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
POST SC


A. PENGERTIAN
Operasi caesarea adalah kelahiran janin cukup bulan hidup melalui insisi sayatan) pada dinding perut dan rahim bagian depan.
SC (Sectio caesarea) adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Jadi sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat

B. ETIOLOGI
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ).
a. Pada Ibu :
• disproporsi kepala panggul/CPD//FPD
• Disfungsi uterus
• Distosia jaringan lunak
• Plasenta previa
• His lemah / melemah

b. Pada Anak :
• Janin besar
• Gawat janin
• Letak lingtang
• Hydrocephalus
Kontra indikasi sectio caesaria : pada umumnya sectio caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat, sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (monster).
C. KLASIFIKASI
1. Sektio caesaria abdominalis
Tipe operasi sektio caesaria :
• Sektio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri.
• Sektio caesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim
2. Sectio caesaria transperitonialis yang terdiri dari :
• Sektio caesaria ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
• Sektio Caesaria vaginalis. Menurut sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
2. Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
3. Sayatan huruf T (T-incision)
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Kejang parsial ( fokal, lokal )
a. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
 Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
 Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
 Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.
 Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b. Kejang parsial kompleks
 Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks
 Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
 Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku

2. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a. Kejang absens
 Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
 Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
 Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
b. Kejang mioklonik
 Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.
 Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
 Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
 Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
 Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
 Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
 Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
 Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. Kejang atonik
 Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
 Singkat dan terjadi tanpa peringatan.














E. PATOFISIOLOGI

Kelemahan Umum, partus tidak maju/partus lama, penyakit Jantung,
Placenta Previa dengan perdarahan hebat atau Placenta previa marginalis
Pintu vagina lemah, tumor vagina tumor cervic
Kehamilan Serotinus (lebih dari 42 minggu)
Distocia karena kekurangan his
Prolapsus Foniculli


Sectio Caesarea
Kurang Pengetahuan



Perdarahan Nyeri Abdomen Perlukaan



Gangguan Rasa Nyaman

Devisit Vol. Cairan Gangguan Aktivitas Resiko Infeksi



F. KOMPLIKASI
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1. Infeksi puerperal ( Nifas )
- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
- Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi

G. UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
• Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
• Pemantauan EKG
• JDL dengan diferensial
• Elektrolit
• Hemoglobin/Hematokrit
• Golongan dan pencocokan silang darah
• Urinalisis
• Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
• Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
• Ultrasound sesuai pesanan
• Periksa tekanan darah
• frekuensi nadi dan pernafasan
• ukur jumlah urin yang tertampung dikantong urin
• periksa/kultur jumlah perdarahan selama operasi
• Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada lembar laporan
• Catat lama operasi
• jenis kelamin
• nilai APGAR dan kondisi bayi saat lahir
• lembar operasi ditandatangani oleh operator.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Memberantas kejang Secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan penunjang
 Semua pakaian ketat dibuka
 Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
 Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
 Penhisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.
3. Pengobatan rumat
 Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
 Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
 Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
 Kejang demam yang mempunyai ciri :
- Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi perkembangan dan mikrosefali
- Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau diikiuti kelainan saraf yang sementara atau menetap
- Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
- Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
4. Mencari dan mengobati penyebab


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus).

2. Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis.

3. Makanan/cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis.

4. Pernafasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.

5. Keamanan
• Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan.
• Adanya defisiensi imun.
• Munculnya kanker/adanya terapi kanker.
• Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi.
• Riwayat penyakit hepatic.
• Riwayat tranfusi darah.
• Tanda munculnya proses infeksi.

B. Diagnosa keperawatan
1. Devisit Volume Cairan b.d perdarahan.
2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi.
3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi.
4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi..
5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.
C. Intervensi keperawatan

Dx 1. Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan

Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi:
a. Kaji kondisi status hemodinamika. Rasionalnya Pengeluaran cairan akibat operasi yang berlebih merupakan faktor utama masalah.
b. Ukur pengeluaran harian. Rasionalnya Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang selama masa post operasi dan harian.
c. Berikan sejumlah cairan pengganti harian. Rasionalnya Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif.
d. Evaluasi status hemodinamika. Rasionalnya Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.

Dx 2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan: Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi:
a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas. Rasionalnya Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk.
b. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum. Rasionalnya Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi, tetapi dapat mempengaruhi kondisi luka post operasi dan berkurangnya energi.
c. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari. Rasionalnya Mengistiratkan klilen secara optimal.
d. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /kondisi klien. Rasionalnya Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan.
e. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas. Rasionalnya Menilai kondisi umum klien.
Dx 3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d luka post operasi
Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami.
Intervensi:
a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien. Rasionalnya Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi
b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya. Rasinalnya Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri.
c. Ajarkan teknik distraksi. Rasionalnya Pengurangan persepsi nyeri.
d. Kolaborasi pemberian analgetika. Rasionalnya Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik.
Dx 4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, luka post operasi.
Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan luka operasi.

Intervensi:
a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi. Rasionalnya Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.
b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi. Rasionalnya Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka.
c. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart. Rasionalnya Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
d. Lakukan perawatan luka. Rasionalnya Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan infeksi.
e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi. Rasionalnya Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.
Dx 5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.
Tujuan : Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar.

Intervensi :
a. Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi dan pentingnya diet nutrisi.
b. Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.
c. Jelaskan bahwa lochia dapat berlanjut selama 3 – 4 minggu, berubah dari merah ke coklat sampai putih.
d. Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latiha keras sampai diizinkan oleh dokter.
e. Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui.













DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2001. Diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC.
Doengoes, M. E,. 2000. Rencana askep pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetric. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Jumat, 21 Januari 2011

POST PARTUM

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM

I. Pengertian
1. Masa puerpenium (nipas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu Kebidanan,2007).
2. Masa nifas (peurpenium )adalah masa pulih kembali mulai dari persalin selesai samapi alat kandung kembali seperti semula/pra hamil dan lamanya berlangsung yaitu 6 minggu (Obstetri Fisiologi,1998)
Masa nifas/ peurpenium dibagi dalam 3 periode :
1. Puerpenium dini : kepullihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerpenium intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerpenium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi . Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
Involusi alat-alat kandungan
1. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
2. Luka-lu;ka jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari
3. Lochea : cairan sekret yang berasal dari kavum dari vagina dalam masa nifas
- Lochea rubra : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kasensa, lanuga, dan mekonium,selama 2 hari pasca persalinan.
- Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
- Lochea serosa : warna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-9 pasca persalinan
- Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu
- Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
- Locheastasis : lochea tidak lancer keluarnya
4. Serviks
Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jam dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
5. Payudara
- Keluar kolostrum
- Hiperpigmentasi areola mamae
- Buah dada agak bengkak dan membesar
6. Perineum
Bila dilakukan episiotomy akan terjadi nyeri pada luka diperineum, menyebabkan ibu takut BAB dan perih saat kencing
Perawatan Pasca Persalinan
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperboleh duduk, hari ke-3 jalan-jalan dan hari 4-5 sudah diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, beergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung kemih penuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi
Buang air besar, harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berat leras dapat diberikan laksan peroral atau per rektal
5. Perawatan payudara
- Dimulai sejak wanita hamil supaya paling susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi
- Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
6. Laktasi
Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada badingannya, menyusun bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan anak.
7. Dianjurkan untuk mengambilan cuti hamil
8. Pemeriksaan pasca persalinan
- Pemeriksaan umum : TD, nadi, keluhan, dll
- Keadaan umum : suhu, selera makan, dll
- Payudara : ASI, putting susu
- Dinding perut : perineum, kandung kemih, rectum
- Sekret yang keluar misalnya lochea, flour albus
9. Nasehat untuk ibu post natal
- Sebaiknya bayi disusui
- Bawakan bayi untuk imunisasi
- Lakukanlah KB
- Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Darah lengkap : Hb , WBC , PLT
b) Elektrolit sesuai indikasi

IV. PENGKAJIAN
a) Keluhan Utama
Sakit perut , perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut bergerak
b) Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
c) Riwayat Persalinan
• Tempat persalinan
• Normal atau terdapat komplikasi
• Keadaan bayi
• Keadaan ibu
d) Riwayat Nifas Yang Lalu
• Pengeluaran ASI lancar / tidak
• BB bayi
• Riwayat ber KB / tidak
e) Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum pasien
• Abdomen
• Saluran cerna
• Alat kemih
• Lochea
• Vagina
• Perinium + rectum
• Ekstremitas
• Kemampuan perawatan diri
f) Pemeriksaan psikososial
• Respon + persepsi keluarga
• Status psikologis ayah , respon keluarga terhadap bayi

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis , edema / pembesaran jaringan atau distensi efek – efk hormonal
2. Ketdakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan , pengalaman sebelumnya , tingkat dukungan , karakteristik payudara
3. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia efek anastesi , profil darah abnormal
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan , penurunan Hb , prosedur invasive , pecah ketuban , malnutrisi
5. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek hormonal , trauma mekanis , edema jaringan , efek anastesi ditandai dengan distensi kandung kemih , perubahan – perubahan jumlah / frekuensi berkemih
6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan / penggantian tidak adekuat , kehilangan cairan berlebih ( muntah , hemoragi , peningkatan keluaran urine )
7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot , efek progesteron , dehidrasi , nyeri perineal ditandai dengan perubahan bising usus , feses kurang dari biasanya
8. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ketidakefektifan model peran stressor
9. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemahaman , salah interpretasi tidak tahu sumber – sumber
10. Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan nyeri luka jahitan perineum

VI. PERENCANAAN
1. Dx 1
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang dengan criteria evaluasi : skala nyeri 0-1 , ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang , tidak merasa nyeri saat mobilisasi , tanda vital dalam batas normal . S = 37 C . N = 80 x/menit , TD = 120/80 mmHG , R = 18 – 20 x / menit
Intervensi :
a. Kaji ulang skala nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
c. Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi
Rasional : memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan mengurangi nyeri secara bertahap.
d. Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perinium
e. Delegasi pemberian analgetik
Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang
2. Dx 2
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan menyusui dengan criteria evaluasi : ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervesi :
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya.
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan intervensi yang tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional : posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat merusak dan mengganggu.
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.

3. Dx 3
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cedera pada ibu tidak terjadi dengan criteria evaluasi : ibu dapat mendemonstrasikan prilaku unsure untuk menurunkan faktor risiko/melindungi harga diri bebas dari komplikasi.
Intervensi :
a. Tinjau ulang kadar Hb dan kehilangan darah waktu melahirkan observasi dan catat tanda anemia.
Rasional : dapat mengetahui kesenjangan kondisi ibu dan intervensi yang cepat dan tepat
b. Anjurkan mobilitas dan latihan dini secara bertahap
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke ekstremitas bawah
c. Kaji ada hiperfleksia sakit kepala atau gangguan penglihatan
Rasional : bahaya eklamsi ada diatas 72 jam post partum sehingga dapat diketahui dan diinteraksikan
4.Dx 4
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan KE : dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a. Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi.
Rasional : untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan tepat.
b. Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
Rasional : pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi tempat berkembangbiaknya kuman.
c. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : peningkatan suhu > 38C menandakan infeksi.
d. Lakukan rendam bokong.
Rasional : untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.
e. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
Rasional : membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.
5.Dx 5
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan eliminasi (BAK) dengan KE : ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi :
a. Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.
Rasional : mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi dengan tepat.
b. Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum.
Rasional : melatih otot-otot perkemihan.
c. Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan air keran.
Rasional : agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan sehingga tidak ada retensi.
d. Kolaborasi pemasangan kateter.
Rasional : mengurangi distensi kandung kemih.
6.Dx 6
Tujuan : setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak kekurangan volume cairan dengan KE : cairan masuk dan keluar seimbang, Hb/Ht dalam batas normal (12,0-16,0 gr/dL)
Intervensi :
a. Ajarkan ibu agar massage sendiri fundus uteri.
Rasional : memberi rangsangan pada uterus agar berkontraksi kuat dan mengontrol perdarahan.
b. Pertahankan cairan peroral 1,5-2 Liter/hari.
Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi.
c. Observasi perubahan suhu, nadi, tensi.
Rasional : peningkatan suhu dapat memperhebat dehidrasi.
d. Periksa ulang kadar Hb/Ht.
Rasional : penurunan Hb tidak boleh melebihi 2 gram%/100 dL.
7.Dx 7
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan konstipasi tidak terjadi pada ibu dengan KE : ibu dapat BAB maksimal hari ke 3 post partum, feses lembek.
Intervensi :
a. Anjurkan pasien untuk melakukan ambulasi sesuai toleransi dan meningkatkan secara progresif.
Rasional : membantu meningkatkan peristaltik gastrointestinal.
b. Pertahankan diet reguler dengan kudapan diantara makanan, tingkatkan makan buah dan sayuran.
Rasional : makanan seperti buah dan sayuran membantu meningkatkan peristaltik usus.
c. Anjurkan ibu BAB pada WC duduk.
Rasional : mengurangi rasa nyeri.
d. Kolaborasi pemberian laksantia supositoria.
Rasional : untuk mencegah mengedan dan stres perineal.
8.Dx 8
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan keluarga dapat menerima perubahan tersebut dengan KE : mengungkapkan masalah dan pertanyaan menjadi orang tua, mendiskusikan peran orang tua secara realistik, secara aktif mulai melakukan perawatan dengan tepat.
Intervensi :
a. Berikan askep primer untuk ibu dan bayi.
Rasional : memudahkan terjadinya ikatan keluarga positif.
b. Berikan pendidikan informal diikuti demonstrasi perawatan bayi.
Rasional : membantu orang tua belajar dasar-dasar keperawatan bayi.
9.Dx 9
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan pengetahuan ibu tentang perawatan dini dan bayi bertambah dengan KE : mengungkapkan kebutuhan ibu pada masa post partum dan dapat melakukan aktivitas yang perlu dilakukan dan alasannya seperti perawatan bayi, menyusui, perawatan perinium.
Intervensi :
a. Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan perineal) perubahan fisiologi, lochea, perubahan peran, istirahat, KB.
Rasional : membantu mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.
b. Berikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan tali pusat, ari, memandikan dan imunisasi).
Rasional : menambah pengetahuan ibu tentang perawatan bayi sehingga bayi tumbuh dengan baik.
c. Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah dipelajari.
Rasional : memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang sudah dipelajari.


10.Dx 10
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan gerak dan aktivitas terkoordinasi dengan KE : sudah tidak nyeri pada luka jahitan saat duduk, luka jahitan perinium sudah tidak sakit (nyeri berkurang).
Intervensi :
a. Anjurkan mobilisasi dan latihan dini secara bertahap.
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke ekstremitas bawah.
b. KIE perawatan luka jahitan periniom.
Rasional : mempercepat kesembuhan luka sehingga memudahkan gerak dan aktivitas.
c. Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : melonggarkan sistem saraf parifer sehingga rasa nyeri berkurang

VII. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan masalah yang ada berdasarkan perencanaan yang telah dibuat (Doenges M.E, 2001)

VIII. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan 2 cara yaitu evaluasi formatif dan sumatif.
a. Evaluasi formatif : evaluasi yang dilakukan berdasarkan respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan.
b. Evaluasi sumatif : evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui secara keseluruhan apakah tujuan tercapai atau tidak.

IX. DAFTAR PUSTAKA
Cardenito, L.J. 2000. Buku Saku Doagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta : EGC